Find us on facebook

Senin, 16 November 2015

Wisata Setiap Saat



Everything is beauty, but not everyone can see it  (conficius)

ketika saya kuliah Jogjakarta, ketika masih menjadi anak baru yang lugu dan polos saya pernah diajak teman saya untuk nonkrong sembari menikmati jajajan di tepi sungai Code atau yang lebih akrab dengan sebutan kali code. Ekspektasi saya waktu itu bahwa kita akan nongkrong sambil menikmati pemandangan malam ditepian sungai yang permai. Namun ketika sampai dilokasi, saya bertanya kepada teman saya untuk meyakinkan, apakah tempat yang dimaksud adalah ini?

saya tertawa dalam hati tidak percaya mendengar jawabannya yang mengiyakan. Ketika realita dan ekspektasi tidak seimbang mungkin inilah salah satu reaksi alamiah kita. Bagaimana mungkin, trotoar dipinggir jalanan yang rame ini dijadikan tempat nongkrong. Dan mana sungainya? Ohya, sungainya dipinggir sana, kita harus melongok kebawah dulu untuk melihat sungai code ini. ah, pemandangan macam apakah yang akan kita nikmati ini?sebegitu kekurangan tempat wisatakah orang-orang kota ini sehingga trotoar dan pinggiran sungai nun jauh dibawah sana dijadikan tempat nongkrong pelepas penat? Begitulah batin saya saat itu.

Namun lama kelamaan saya terbiasa dengan tempat-tempat seperti ini. Makan dipinggir jalan dengan tempat duduk lesehan dipinggir jalan, tak peduli asap kendaraan yang lewat, diselingi pengamen yang datang silih berganti minta diberi receh, ngopi dipinggir pagar stasiun dengan gorengan gurih nan murah dengan klakson kereta api yang menyelingi sesekali, pesan pecel pincuk di malioboro dengan punggung yang sering tersenggol orang-orang yang lewat. Begitulah sejumput kenanganku akan Jogja. Karena yang sebenarnya bukan hiburan alam yang paling utama, tapi juga suasananya. 

Ketika pertama kali menginjakkan kaki di Jakarta pun saya awalnya bingung. Bagaimana bisa kita melihat langit yang biru sementara gedung-gedung tinggi menutupinya? Bagaimana bisa kita melihat bersihnya antariksa sementara asap-asap kendaraan menyelimutinya?. Namun ternyata, ada yang bisa dinikmati ketika berada di kota besar ini. Kita bisa menikmati dari kejauhan orang-orang yang berlari mengejar comuter line seolah-olah ini adalah kesempatan terakhirnya naik comuter line. Ada yang menggerutu kesal karena tertinggal barang beberapa detik saja. Terkadang ada yang tak sabar mengantri tiket hingga menyebabkan orang lain kesal. Bak menyaksikan pertunjukan catwalk yang dipenuhi para model, kita bisa menikmati orang-orang yang beraneka gaya yang berjalan sibuk di bandara dengan banyak tentengan aneka rupa dan aneka warna. Ada yang menggendong bayi dengan tangan kiri kanan yang penuh dengan barang bawaan, ada yang berjalan terburu-buru sambil sibuk melihat jam, juga ada “model” yang melebihi gaya selebriti, bahkan juga bisa ditemui orang yang bertanya sana sini, seperti sedang tersesat sambil memegang tiket.

Di stasiun atau terminal jangan lupa untuk menikmati suara para calo-calo yang berebut bahkan sampai menarik-narik calon pengguna jasanya. Luar biasa, ternyata wisata manusia juga menarik. Menghentikan kesibukan beberapa menit dan menyaksikan ragam manusia yang begitu unik. Bagaimana mungkin mereka sebut orang Jakarta kekurangan tamasya dan wisata?

Mungkin kegiatan pariwisata juga bisa dibilang menikmati pemandangan yang jarang bisa dilihat kebanyakan orang. Terkadang hanya karena tempatnya yang lengang dan sepi pengunjung kita lupa menyadari bahwa tempat tersebut indah. Atau sebaliknya, hanya karena tempat yang sangat ramai, kita lupa menyaksikan pola tingkah manusia yang unik. Seolah sudah terpatri dibenak kita bahwa Kegiatan pariwisata adalah kegiatan yang identik dengan kegiatan menikmati pemandangan alam atau pemandangan buatan sejenis tugu atau museum dan lalu berpoto bersama atapun selfie untuk dipajang di sosmed, dan sebagainya. Namun lebih daripada itu, kegiatan pariwisata adalah kegiatan untuk mengisi kembali jiwa kita agar kita lebih peka terhadap keadaan disekitar kita dan lalu menyadari makna dari perjalanan kehidupan kita yang singkat ini. jadi, bekukan waktumu beberapa detik kemudian lihat dan nikmatilah sekelilingmu. Ah, bukankah hidup ini indah teman?

-Ard's-

1 komentar:

Luar biasa.
Ternyata sekeliling kita adalah tempat wisata

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More