Guru Indonesia |
Jika saya bertanya, "Ada yang tahu artinya guru?"
Maka saya yakin sekali, jawabannya itu: "Guru adalah orang yang bertugas mengajar di sekolah. Memberikan pelajaran dan pendidikan yang baik. Disana, di sekolah, ada bermacam-macam guru, ada guru Matematika, Bahasa Indonesia, Olah raga, dan sebagainya. Guru mengajar sesuai bidang dan kemampuannya masing-masing."
Yang lebih luas, orang-orang akan menjawab, "Guru adalah sesiapa saja yang memberikan ilmu kepada kita. Dan ilmu itu luas sekali cakupannya. Maka semua orang adalah guru!"
Okelah, keduanya memang benar dan tidak bisa disalahkan, toh? Itulah arti guru yang ada di kepala kita masing-masing.
Tapi tahukah kalian arti guru sebenarnya?
Ia, guru, berasal dari bahasa Sanskerta, yang secara harfiah artinya adalah 'berat'. Nah, memang begitu adanya, pekerjaan seorang guru itu berat. Mengajarkan, juga mengarahkan, semua peserta didiknya ke arah yang benar. Dan untuk melakukan itu semua, ia sudah harus dipastikan dulu berada pada jalan yang benar. Maka seharusnya, memilih seorang guru itu tidak boleh asal-asalan.
Guru dalam beberpaa ajaran Agama
Dalam agama Hindu, guru tuh simbol sebuah wadah yang berisi kebaikan. Ia bertugas mengajarkan kebenaran dan kesucian jiwa. Sehingga output yang diharapkan adalah generasi yang dekat ke Tuhan. Begitupun dalam agama Buddha. Arti guru tak jauh-jauh beda, adalah orang yang mengajak pada kebenaran dan jalan kebaikan.
Dalam agama Sikh (saya nggak tahu ini agama apa), guru mempunyai makna yang mirip dengan agama Hindu dan Buddha, namun posisinya lebih penting lagi. Orang India, Cina, Mesir, dan Israel menerima pengajaran dari guru yang merupakan seorang imam atau nabi.
See, guru memiliki arti penting dalam beberapa ajaran agama dan memang berat sekali tugas mereka, bukan? Karena hal inilah, dalam ajaran agama manapun, guru selalu menjadi orang yang seharusnya dihormati dengan baik dan dijadikan teladan.
Bagaimana dengan kondisi guru yang ada di Indonesia?
Jujur saja, di negera kita ini, guru masih belum mendapatkan tempat yang layak. Profesinya masih dinomor enam belaskan. Kalah jauh dibandingkan profesi lain. Padahal, kalau mau jujur, semua profesi lain itu tidak akan maksimal jika tidak ada guru. Apa pasal? Karena manusia-manusia yang mendudukinya adalah produk dari pendidikan yang guru lakukan di sekolahnya dulu.
Contoh simpelnya, bahwa guru masih belum mendapatkan perhatian yang layak adalah gaji mereka yang tak seberapa. Jangankan guru honorer! Guru PNS saja gajinya minim sekali. Akibatnya? Mereka tak maksimal mengajar. Sibuk mencari penghasilan tambahan.
Saya bahkan pernah mengajar selama setahun di pedalaman dan mendapati bahwa gaji guru disana minim sekali. Ada guru honorer yang gajinya hanya 150ribu sebulan. Bayangkan saja, uang sebanyak itu bisa digunakan untuk apa? Untuk makan sebulan? Mana cukup! Apalagi, gaji itu baru keluar justru tiga bulan sekali. Ini kan benar-benar menyedihkan.
Saya sempat membayangkan, bagaimana ya jika guru seluruh Indonesia melakukan aksi dengan mogok mengajar selama sebulan atau dua bulan? Biar pemerintah tahu, bahwa keberadaan mereka benar-benar urgent dan sangat-sangat dibutuhkan.
0 komentar:
Posting Komentar