Ngebloglah Setiap Hari dan Rasakan Apa yang Akan Terjadi! |
Saya berani menuliskan
ini, bukan berarti saya adalah penulis senior yang tak pernah salah. Tidak.
Saya pun bukan bermaksud menggurui, merasa diri paling benar, dan yang lain
selalu sebaliknya. Saya berlindung dari semua itu.
Saya menulis tentang ini –beberapa kesalahan yang sering dilakukan
penulis pemula– adalah dari pengalaman saya sendiri yang hingga sekarang
juga merasa masih merasa sebagai pemula dan harus terus belajar. Saya harus
terus berbenah menjadi lebih baik dan tidak mudah menyerah.
Berdasarkan pengalaman saya
mempraktikkan kegiatan menulis setiap hari, setidaknya ada beberapa hal yang
menurut saya adalah kesalahan. Beberapa hal itu sering saya lakukan dan pada
tulisan ini saya ingin membagikan kepada orang-orang. Harapannya, semoga kalian
tak melakukan kesalahan yang sama dan bisa jauh lebih baik dari saya.
Beberapa kesalahan yang akan saya
sampaikan adalah kesalahan non teknis. Yaitu kesalahan yang terjadi pada diri
sendiri, bukan kesalahan penulisan, EYD, atau tata bahasa yang lainnya.
Sebabnya, kesalahan teknis semacam itu bisa menjadi baik dengan sendirinya jika
dan hanya jika kalian rajin menulis, gemar membaca, dan bertanya pada banyak
orang.
Nah, kesalahan non teknis apa saja
yang sering saya lakukan dulu?
Pertama: Lemah Komitmen
Komitmen ini, bagi seorang penulis,
adalah seperti bahan bakar bagi kendaraan bermotor. Artinya, ia harus ada dan
penuh. Jika sedikit saja berkurang, apalagi habis, maka berakhir sudah. Jangan
pernah bermimpi menjadi seorang penulis –atau
blogger sukses, kalau komitmen di dalam dada seperti lilin yang gampang
padam, maka berhenti sajalah. Percuma dilanjutkan.
Pertanyaan selanjutnya adalah,
bagaimana caranya menjaga komitmen agar tetap berkobar-kobar?
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan,
semisal berkumpul dengan orang-orang yang memiliki hobi dan minat yang sama, rajin
membaca banyak buku dan biografi orang-orang sukses di bidang kepenulisan, gemar
ke toko buku, melihat-lihat buku yang ada disana, dan sebagainya.
Tapi di balik itu semua, komitmen
terbaik datang dari diri sendiri. Percuma melakukan banyak hal kalau dalam diri
sendiri saja masih tidak yakin, ragu-ragu, dan malas.
Maka sekarang, sebelum berlanjut ke
yang lain, tetapkan komitmen dulu. Pancangkan niat dan harapan masa depan.
Yakin dulu, baru kita lanjutkan.
Kedua: Jarang Membaca
Buku
Jangan anggap sepele hal ini: jarang
membaca buku. Mengapa? Karena bagi seorang penulis yang jarang –atau malas, melahap buku, maka tulisan
yang dihasilkan juga akan kering, tidak bernyawa, dan membosankan. Diksi yang
dipakai itu-itu saja, kayak manusia kekurangan ide dan miskin pengetahuan. Isi
tulisannya dangkal, tidak berdaging, dan tak mengasikkan.
Untuk menghindari itu semua, maka mau
tak mau kalian harus membaca banyak bahan bacaan. Sediakan buku setiap hari,
baca setiap lembarnya perlahan dan resapi. Pelajari bagaimana si penulis
membangun alur kisahnya, periksa diksi yang dipakai dan cobalah digunakan juga.
Jika ini yang kalian lakukan, maka
hanya tinggal menunggu waktu saja tulisan kalian pun akan menjadi ciamik dan
mengagumkan.
Ketiga: Tidak Melakukan
Blogwalking
Blogwalking ini seperti silaturahim
dalam kehidupan sehari-hari. Semakin sering dilakukan maka akan semakin baik.
Toh, bukankah dengan sering-sering bersiaturahim akan mendatangkan rejeki dari
arah yang tidak diduga-duga?
Mungkin kalian akan mendapatkan
tawaran penerbitan naskah, tulisan kalian dilirik penerbit dan diminta mereka.
Atau, sesimpel-simpelnya, kalian setidaknya akan mendapatkan teman dan bisa
saling menyapa dan berbagi banyak hal. Yang paling ekstrem, teman saya bahkan
ada yang mendapatkan jodoh dari kegiatannya blogging. Ia mendapatkan pasangan
yang sama-sama suka ngeblog. Awal mulanya mereka saling sapa di blog, kemudian
bertukar nomor ponsel, hingga kemudian janjian bertemu, eh ternyata jodoh.
Ya sudah, lanjutkan!
Intinya, ketika kalian ingin menjadi
seorang blogger yang sukses –lalu bisa
menerbitkan buku, jangan lupakan untuk melakukan hal ini: blogwalking.
Bersilaturahim ke rumah (baca: blog) orang dan sopan.
Keempat: Menunda-nunda
Menulis
Semoga kalian tidak termasuk dalam
kategori ini, orang yang suka menunda-nunda menulis. Selalu saja banyak alasan:
bilang nanti saja deh nunggu punya laptop. Padahal menulis di kertas atau buku
juga bisa. Seperti JK Rowling dengan Harry Potternya!
Usut punya usut, Harry Potter itu
pernah ditulis di berlembar-lembar tisu cafe kopi. Jadi waktu itu, JK Rowling
lagi ngopi dan bersantai. Nah, saat itulah, saat lagi santai-santainya, ia
mendapatkan inspirasi yang menarik untuk kelanjutan cerita Harry Potter. Tanpa
menunggu lama, diambillah sebuah tisu dan ia menuliskan idenya disana, agar
tidak hilang.
Menunda-nunda, dalam hal apapun,
apalagi dalam hal menulis, adalah penyakit berbahaya dan mematikan. Harus
segera diobati dan jangan dibiarkan. Otak kita ini memiliki beban yang besar,
maka ketika mendapatkan sebuah ide, segera tuliskan. Agar ia tak hilang dan
terlupakan.
Kelima: Tida Mau
Menerima Masukan dan Saran
Bagi saya, menulis adalah adalah
pekerjaan jangka panjang dan proses belajar yang tak berkesudahan. Seorang
penulis yang baik, akan terus berbenah dengan cara membaca banyak hal, termasuk
menerima masukan dan saran.
Saya misalnya, ketika menghasilkan
novel Sepotong Diam yang juara dua nasional itu, mempraktikkan hal ini dengan
baik. Jadi, ketika naskah kasarnya selesai, ia saya print dan fotokopi menjadi
beberapa buah. Selanjutnya, setiap kopian saya berikan ke teman-teman yang
memang hobi membaca. Saya bilang, “Tolong kalian baca ya, beri masukan dan
saran bagian mana saja yang harus saya perbaiki. Kalian boleh mencorat-coretnya
sesuka hati.”
Begitu.
Dan ketika beberapa minggu telah
lewat, saya minta lagi hasil koreksian mereka. Masya Allah, banyak sekali
coretan dan masukan yang mereka berikan. Saya saja sampai geleng-geleng kepala.
Tapi tak mengapa, masukan dan saran
mereka saya terima dan naskah novel Sepotong Diam saya edit. Saya perbaiki
menjadi lebih baik dan berhasil menjadi juara dua pada sebuah lomba berskala
nasional. Yah, walau benar, bahwa peserta yang ikut hanya seratusan orang saja.
Tapi itu sudah pencapaian yang baik menurut saya.
Keenam: Banyak Omong
dan No Action
Jika dihitung-hitung, entah sudah
berapa ratus orang yang menghubungi saya, bilang, “Bang Syaiha, aku ingin bisa
menulis euy. Pengen bisa menghasilkan sebuah buku!”
Dan parahnya, dari semua orang yang
pernah berujar demikian, hingga sekarang belum ada satupun yang berhasil
merealisasikannya. Ada sebagian orang yang sudah mengirimkan contoh tulisan ke
saya, sudah saya baca dan beri masukan juga. Sekali dua kali masih lancar
berkonsultasi, tapi ketika memasuki dua atau tiga bulan, ia menghilang.
Jika ditanya, ia beralasan, “Sibuk Bang
Syaiha,” atau “Mentok nih, Bang. Nggak ada ide lagi harus menulis apa,” dan
sebagainya.
Dengan berbagai alasan itulah
akhirnya orang-orang mundur teratur dan tidak menulis lagi. Lupa bahwa
sebelumnya ia pernah menggebu-gebu sekali bilang ingin jadi penulis. Bahkan
sudah ia serukan kemana-mana. Poto profil sosmednya bahkan jelas tertulis,
“Menjadi seorang penulis, Insya Allah!”
Beberapa statusnya juga demikian.
Berseru-seru ingin menjadi sastrawan!
Ketujuh: Cepat Puas
Yang terakhir, hal yang harus kita hindari
sebagai penulis pemula adalah rasa cepat puas. Ini mematikan. Dan sekali saja
kita puas, terlena, dan lupa, maka berhentilah segela produktivitas. Kita
terbuai dan tak melakukan apa-apa.
Baru berhasil menerbitkan satu buku
doang nih misalnya, itu juga nggak begitu laku, lalu senang luar biasa, dan
kemudian tak menulis apa-apa lagi. Jika sudah demikian, maka impian kita untuk
menjadi penulis tentu akan berhenti di tengah jalan.
Maka, jangan cepat puas dan bangga.
Kalaupun sudah berhasil menerbitkan satu dua buku, teruslah menulis dan jangan
berhenti. Terus belajar setiap hari, membaca banyak buku dan menuangkan pikiran
dalam bentuk tulisan.
Demikian
Ditulis oleh Bang Syaiha
1 komentar:
Makasih Bang, tipsnya... Salam kenal... :)
Posting Komentar