Kita
sudah sama-sama tahu, sama-sama mengerti; hidup didunia hanya sementara,
sebentar. Tidak lama. Mungkin kita mengetahuinya dari nasehat orangtua, atau
buku yang kita baca. Dan itu benar. Pun,
Allah dalam Al-qu’an menyatakan demikian.
“Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau
kamu sesungguhnya mengetahui. (al-Mu’minuun:114)
Ah, apalah saya ini. Membicarakan
akhirat sedang diri ini masih saja bergelimang dengan dosa. Seringkali lalai
dalam mengingat mati yang bisa saja datang tanpa permisi. Merupakan sebuah
keinginan apabila kita telah meninggalkan dunia yang sebentar ini ditempatkan
ke tempat yang terbaik (syurga). Tapi pernahkah kita berfikir, bagaimana kita
bisa ditempatkan kedalam tempat terbaik itu?
Syurga,
merupakan tempat kembali yang diingankan seluruh umat manusia setelah
meninggalkan bumi yang fana. Ia adalah tempat kekal, tempat berlapis-lapis
kebahagiaan, dan tempat berhimpun-himpun nikmat yang tidak akan habis
selamanya.
Tapi,
apakah bisa kita mendapatkan Syurga, sedang saat sholat saja kita masih lalai
dalam mengingatnya. Malah, ada sebagian manusia yang menentang syar’iatNya, membuang
jauh aturan hidup yang telah diturunkan Allah untuk manusia. Lalu, apakah bisa
kita masuk Syurga saat adzan berkumandang saja kita masih enggan meninggalkan
aktivitas, bahkan melupakan sholat karena tenggelam asyiknya bertugas.
Pantaskah
kita mendapatkan Syurga, saat diri ini hanya terdiam melihat islam dikucilkan,
saudara muslim dihinakan, saudari muslim direnggut kehormatanya lalu dihilangkan
nyawanya?
Engkau.
Iya, engkau. Yang merasa amalmu sudah banyak, karyamu sudah berlimpah,
nasehat-nasehatmu kini telah dijadikan petunjuk bagi mereka yang haus akan ilmu
dan juga motivasi hidup. Sudah merasa pantaskah engkau mendapatkan Syurga? Banggakah
dirimu kini telah banyak diikuti orang? Jangan sampai sikap jumawa menggerayangi
iman dalam dada, sebab bisa saja syurga yang engkau harapkan berubah menjadi
jurang Api neraka karena sikapmu yang begitu tamak akan sanjungan dan
popularitas.
Teman,
sesungguhnya Syurga tidak akan didapat dengan mudah. Tidak akan didapat dengan
bersantai-santari ria. Jalan menuju syurga amat sulit.
“Jalan menuju syurga” ucap ibnul
Qayyim Al Jauziyah dalam kitabnya Fawaid, “adalah jalan diamana Adam kelelahan,
Nuh mengeluh, Ibrahim dilempar ke dalam api, Ismail dibentangkan untuk
disembelih, Yusuf dijual dengan harga murah dan dipenjara selama beberapa
tahun, Zakaria digergaji, Yahya disembelih, Ayub menderita penyakit, Daud menangis
melebihi kadar semestinya, Isa berjalan sendirian, dan Muhammad Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam mendapatkan kefakiran dan berbagai gangguan.”
“Lalu kalian” Lanjutnya, “ingin menempuhnya dengan bersantai
ria dan bermain-main, Demi Allah takkan pernah bisa terjadi.”
Teman,
mari kita renungi bersama. Sudahkah kita pantas mendapatkan tempat kembali yang
kita cita-citakan. Sudahkah, atau pernahkah kita merasakan cobaan yang teramat
berat melebihi cobaan atau ujian para nabi terdahulu. Ah, rasa-rasanya, syurga
takkan pernah pantas kita dapatkan tersebab diri yang seringkali lalai dan tak
pernah perduli akan syari’atNya.
Allah, ampunilah kami yang seringkali lalai dalam mengingatmu. Seringkali
enggan dalam menjalankan perintah dan menjauhi laranganmu.
Rabbi, sampai kapanpun kami tidak pernah pantas mendapatkan syurgaMu,
namun kami juga tidak akan kuat apabila harus memasuki NerakaMu.
Illahi, berilah kami Rahmat serta inayahMu agar kami selalu berjalan
menuju RidhaMu, dan sesudah itu, tempatkanlah kami pada SyurgaMu yang luas nan
indah. Allahuma Aamiin.
Ditulis oleh Harun Tsaqif
0 komentar:
Posting Komentar