Find us on facebook

Minggu, 08 November 2015

Elang Sejati

Sumber: http://www.gambarbinatang.com/2009/11/foto-burung-elang.html
Seekor Elang Muda sedang belajar terbang. Sayapnya yang masih lemah susah payah dikepakkannya. Setiap hari ia berlatih terbang dengan gigih.

Hari pertama, ia lepas landas dari ranting pohon. Empat setengah meter dari tanah. Pendaratannya mencium seonggok kotoran sapi. Bilangan masa, setiap harinya, ia berakhir di parit, membasuh mukanya yang tak karuan.
Penduduk kawasan itu tahu betul, bangsa elang adalah penerbang handal lagi berwibawa. Mereka pun terkenal gesit mencari nafkah. Posisinya berada pada strata tertinggi rantai makanan. Mendapati Elang Muda yang tak pandai-pandai, penduduk mencibir bahkan terang-terangan memanggilnya anak ayam.

“Elang hanya disebut Elang Sejati hingga tubuhnya mengangkasa, mengembangkan sayapnya di langit luas”, imbuh mereka.  

Elang Muda yang belum punya jam terbang hampir putus asa pada anggapan orang banyak. Beberapa kali sayapnya patah, terhempas di semak berduri, atau diombangambingkan angin dan hujan deras.

Dari kisah Elang Muda ini, jika direfleksikan, mungkin ada di antara kita yang pernah mengalaminya.
Terkadang, orang lain meniupkan kata-kata di bawah “sayap” kita untuk menjatuhkan mental dan menyudutkan semangat. Pertanyaannya, apakah dengan kata-kata itu, kita makin “gerah” untuk membuktikan diri ataukah “termakan”, putus asa, lalu tak tahu terbang selamanya.

Orang lain sepertinya lupa bahwa mimpi itu dapat menjadikan pemiliknya mampu melampaui lapisan-lapisan litosfer hingga inti bumi, menerobos atmosfer sampai langit ke tujuh, membelah horizon aurora, bahkan melesat secepat kilatan cahaya.

Mereka hanya bisa bicara pada hal-hal remeh dan permukaan saja. Menuntut perkara yang bukan urusannya, alih-alih memotivasi dan membesarkan hati kita dengan hal-hal baik.

Bukankah mengatakan hal-hal baik akan melahirkan ide-ide untuk kebaikan. Kebaikan untuk tetap memelihara harapan meski terlihat musykil.

Ah… mungkin dulu mereka adalah pemimpi akut tapi gagal, lalu lupa caranya bermimpi. Sepertinya sistem dan mainstream telah menghanyutkan mereka hingga ke muara yang penuh sampah dan keruhnya pikiran. Kasihan.

Bila saat ini kita seperti Elang muda itu, apa yang harus dilakukan?. Well, kita hanya perlu berusaha sedikit lagi untuk membuktikan darah murni sebagai “Elang Sejati”. Kita akan bertahan dan terus berjuang bahkan jika sayap-sayap harus diadu dengan angin yang lebih keras, patah lagi, tersuruk, tapi takkan terpuruk. Hingga kita siap dan pantas terbang tinggi. Teruslah berharap.

Apa yang salah dengan harapan?, bukankah ia menjadikan sendi-sendi kita lebih bersemangat dalam hidup?.

 



Detik-detik Elang memangsa Jalak di Colorado, AS
Photo: Rob Palmer

Sebagai penutup, mari resapi pesan Gwenn Stacey (kekasih Spiderman) di hari wisudanya. 
“Mudah sekali merasa penuh harapan di hari indah seperti ini. Tetapi ada masa gelap yang menanti kita di depan. Ada kalanya kita akan merasa kesepian- dan itu saat ketika harapan sangat dibutuhkan. Tak peduli betapa sulit masa yang kau jalani, atau betapa menderitanya dirimu, kau akan terus memegang teguh harapanmu. Teruslah bertahan. Kita harus bangkit dari penderitaan. Harapanku untuk kalian, kalian akan menjadi harapan.”

Kota Hujan, 8 November 2015
ditulis oleh: Tonganni Mentia 

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More