Find us on facebook

Jumat, 27 November 2015

Tentang Novel 'Ayah'





Judul : Ayah
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun terbit : 2015
Jumah Halaman : 396

Sejak pertama kali menjumpai novel ini diantara deretan koleksi buku temanku di kamarnya, tak ada niat untuk membacanya. Namun, saat itu kepalaKu sedang pening, dan entah kenapa satu-satunya buku bergenre novel di kamar temanku itu adalah Novel ini. Karena novel ini, sedikit lebih “ringan” dibandingkan buku lain yang tersedia disitu.

Tak ayal, tanganku mencoba mengambilnya. Dengan niat, meringankan pening di kepala. Aku mulai membaca lembar demi lembar. Namun sayang, tak sampai lima lembar, aku sudah menaruhnya. Entah karena kepala sedang pening, ditambah ‘bahasa’ dalam novel ini agak sedikit berbelit-belit kurasa. Masih pengenalan awal tetang sang Tokoh Sabari dan kucing-kucingnya. Bagian awal buku ini terasa membosankan.

Namun, entah kenapa pekan ini Aku begitu sangat ingin membacanya. Tertarik dengan cerita temanku bahwa novel ini membuat dia tertawa sendiri. Aku penasaran. Akhirnya, kupaksakan diri untuk meminjam pada teman yang dulu pertama kali aku menjumpai novel ini.
Yang kurasakan masih sama, gaya bahasa Melayu khas penceritaan Andre untuk menggambarkan bagian awal cerita tak sepenuhnya kumengerti. Bagian 1, bagian 2, yang di ditulis dengan sub judul kubaca dengan tanda tanya besar. Kemana arah cerita ini? Berbeda dengan novel lainnya. Jika novel lain biasanya antar cerita nya saling bertautan, namun di Novel Ayah ini Andre mengemasnya dengan begitu apik dan membuat penasaran. Aku baru paham dan mengerti jalan ceritanya dan mampu menghubungkan jalinan 'cerita antar tokoh"  setelah mendekati bagian akhir dari novel ini. benar-benar membuat penasaran.

Satu hal yang membuat saya bertahan membaca novel ini adalah Puisi. Ya, tokoh sabari yang begitu pandai berpuisi, tenggelam dalam  cinta pertama, yang membuatnya begitu mudah mencipta puisi. Saya betul-betul penasaran akan akhir cerita cinta Sabari  yang sabar dan begitu tergila-gila pada Marlena.
Ah, sabari dan puisinya membuat saya betul-betul penasaran. Apalagi dengan adanya puisi Sabari berikut.

Waktu dikejar
Waktu menunggu
Waktu berlari
Waktu bersembunyi
Biarkan aku mencintaimu
Dan biarkan waktu menguji

Membacanya membuat saya terharu sendiri. Tapi terkadang lebih banyak tergelak karena kelucuan dan kegilaan-kegilaan yang dilakukan tokok Sabari dengan puisi-puisinya.  Walau akhir cerita ini tak bahagia karena  Sabari tetap saja tak mendapatkan cinta Lena, tapi saya tak sampai tergugu dikamar untu menangisinya. Saya merasa lega, bahwa Sabari akhirnya bertemu Zorro (Amiru) Sang Anak, yang didapat saat menikahi Lena (walau bukan darah daging Sabri).

Penasaran dengan cerita lengkap novel ini? Silakan membacanya. Lain waktu akan saya selipkan sinopsisnya.

1 komentar:

Hahaha...perasaan di kamarku bukan cuma itu deh novel..wewwww....
but keep spirit..and ely jangan lupa blog walking ya..:)

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More