Mari duduk sejenak. Kita
ingat-ingat lagi tentang mimpi seorang Hitokiri Battousai. Kalau teman-teman kenal
anime Samurai X, jelas tahu siapa orang yang saya maksudkan.
Hitokiri Battousai adalah julukan
untuk seorang pembantai yang terkenal sangat kejam menghabisi musuhnya. Namanya melegenda di seantero Jepang dengan
sebuah bekas luka berbentuk X di wajahnya. Kisah ini diceritakan berlangsung
sekitar 140 tahun yang lalu pada periode Bakumatsu. Kabarnya, ini diadaptasi dari
kisah nyata (https://supermilan.wordpress.com/2011/06/14/ternyata-kenshin-himura-sang-batosai-benar-benar-ada/
)
Perang Boshin menjadi titik balik
seorang Hitokiri Battousai. Sejak saat itu, ia berjanji pada dirinya untuk
tidak pernah lagi membunuh orang lain, bagaimanapun kondisinya. Jiwanya gelisah
dan merasa bersalah pada keluarga orang-orang yang dibunuhnya.
Kemenangan pihaknya melawan para
pemberontak menjadi awal dimulainya pemerintahan Era Baru. Era yang membawa
harapan hidup yang lebih damai dan diberlakukannya pelarangan menggunakan
katana (pedang panjang khas Jepang). Semata agar tidak ada lagi penghilangan
nyawa, seolah hidup seorang manusia semurah hewan sembelihan.
Dalam kelelahan jiwa dan raga
seusai perang itu, Hajime Saito, seorang samurai lain mengusiknya.
“Kau pikir ini sudah berakhir?. Meski
dunia akan berubah, kita semua hidup dan mati oleh pedang. Itu tak kan berubah.”
Dengan wajah muak, lelah dan tak ingin diremehkan, Hitokiri Battousai menghunjamkan
pedangnya ke tanah. Ia berlalu tanpa kata. Ya, kata-kata memang takkan berguna,
sekuat apapun keyakinannya. Ia harus membuktikan bahwa hal yang dipercayainya
bukan omong kosong belaka.
Hitokiri Battousai memilih
mengembara agar bisa menjalani kehidupan yang lebih tenang. Hingga suatu hari
ia bertemu dengan Kamiya Kaoru. Seorang anak dari guru pedang, Kamiya Kasshin. Perguruannya,
Kamiya Kasshin Ryu menganut sebuah ideologi
“Pedang bukanlah alat untuk membunuh tapi melindungi.”
Mendengar itu, Hitokiri Battousai
seperti menemukan jawaban atas pengembaraannya selama ini. Ada sebuah tempat
yang memahami kegelisahannya. Ia sepakat dengan pandangan itu dan mulai percaya
pada dirinya. Ketika padepokan Kaoru diserang pasukan musuh, Hitokiri Battousai
melawan dengan kayu yang digunakan untuk latihan pedang. Ia tidak menggunakan
pedangnya untuk membunuh.
“Sudah jelas, katanya Katana hanyalah alat dan manusialah yang membunuh. Itu masuk akal bukan?. Pedang adalah senjata. Pengguna pedang belajar cara membunuh. Tak peduli apapun yang kau katakan, itulah kebenarannya. Aku percaya itu adalah kebenaran. Tapi, apa yang dikatakan Kaoru, aku suka pemikiran tersebut.”
Hanya beberapa menit, kawanan
pengacau itu dilibas dengan melumpuhkan sendi-sendi vital mereka. Atas kekacauan
di padepokan, polisi memenjarakan Hitokiri Battousai. Ini kali ketiga Hitokiri
Battousai menolong Kaoru. Merasa berutang budi, Kaoru segera menanyakan namanya
sebelum ia digelandang ke penjara. “Himura Kenshin” jawabnya. Kenshin artinya
jantung pedang.
Di dalam penjara, Kenshin
dibebaskan oleh petinggi militer saat itu tapi dengan sebuah permintaan khusus.
Ia pun kembali bertemu Hajime Saito yang sudah berpihak kepada pemerintah. Petinggi Militer meminta Kenshin
untuk membantu membereskan para penyelundup opium. Artinya, Kenshin harus
kembali jadi tukang jagal. Ia menolak meski Hajime Saito melukai pundak
kanannya dalam duel di bawah hujan yang deras. Karena tak mampu membujuk,
Petinggi Militer meminta maaf dan membebaskannya.
Di luar penjara, Kaoru menunggu
Kenshin.
“Kau tak punya tempat tujuan,
kan?. Ikut denganku, karena kau telah membantuku”, ajak Kaoru
“Aku mengerti tapi aku adalah seorang
Pembantai”
“Aku tak kenal siapa dia. Orang yang
kutemui adalah pengembara bernama Kenshin. Semua orang punya masa lalu yang
ingin dihapus. Benar, kan?.”
Kenshin terpana beberapa lama. Ia
tergugah oleh sikap Kaoru yang mau menerimanya meski ia adalah pembunuh ratusan
orang. Sepertinya pengembaraannya berakhir. Impian pada sebuah dunia damai
tanpa perlu membunuh nyawa orang lain telah menemukan “rumahnya”.
Kehidupan Kenshin selanjutnya benar-benar
diuji oleh orang-orang yang ragu, benci juga meremehkan impiannya.
Apa yang dilakukan Kenshin untuk
sebuah impian yang diremehkan oleh para peragu di sekitarnya?.
1. Keyakinan
Ia meyakini bahwa dunia ini bisa
damai tanpa perlu saling bunuh. Ia pun percaya pada dirinya bahwa ia bisa
mewujudkan harapannya, bagaimanapun orang lain memaksanya untuk menghunus
pedang. Bagaimanapun ia harus bertaruh atas nyawanya dan orang-orang yang ingin
dilindunginya.
“Cobalah menjadi pendekar pedang
dengan membawanya. Kemudian kau akan tahu apa yang kau katakan (impian itu) adalah
omong kosong.” ucap Shakku Arai (Ia adalah
pembuat pedang yang memberikan Back Blade atau pedang dengan mata pisau
terbalik untuk Kenshin. Dengan pedang itu, Kenshin tidak akan membunuh tetapi
melumpuhkan musuhnya saja.)
2. Kesungguhan
Ilmu pedangnya sudah terlatih
bertahun-tahun. Ia bisa saja kembali lagi pada kebiasaan lamanya karena memang
mudah saja melakukannya. Jurus pamungkasnya Hiten Mitsurugi Ryu sewaktu-waktu
dapat saja ia hempaskan pada musuh-musuhnya namun ia mulai dengan memasang
benteng yang kokoh. Pedang Back Blade adalah tameng agar ia bisa selalu ingat
dan berpegang teguh pada pandangannya. Beberapa kali ia bertemu orang-orang
yang masih saja hendak “mengaduk air yang tenang”
Takeda Kanryu
Pengedar opium yang membujuk
Kenshin menjadi Pembantai dengan uang yang banyak tapi Kenshin tidak goyah.
Takani Megumi
“Aku yakin tangan itu telah
banyak mengambil nyawa orang. Bekas luka itu, kau bangga memilikinya?. Mungkin luka
itu semacam medali.” ucap Megumi sinis
Gein
“Dugaan yang bodoh. Tidak menarik
karena orang seperti kita tak punya kedamaian. Kau harus membunuh untuk
bertahan. Kau takkan bisa melakukannya dengan pedang Sakaba.”
Kenshin mengalahkan Gein dengan
melukai lengannya.
3. Konsistensi
Bersama keyakinan dan kesungguhan
untuk mewujudkan impiannya, Kenshin juga memiliki kekuatan agar impiannya tetap
terjaga. Ia berjanji pada dirinya untuk tidak lagi membunuh dan ia terus
menjaganya. Di samping itu, ada sosok Kaoru, seseorang yang selalu
mengingatkannya ketika ia mulai terpancing menebas leher para penyamun.
Udo Jin-e
Orang yang satu ini benar-benar
menguji kesabaran Kenshin. Ia menculik Kaoru dan melumpuhkan pernapasan dalam
paru-parunya. Kenshin harus membunuhnya dalam 2 menit agar Kaoru selamat dari
mantra. Tak ada pilihan lain. Ia harus menjadi Pembantai lagi. Detik-detik Kenshin
menghunus pedang, Kaoru tiba-tiba berteriak. Ia mampu melawan mantra dan
menghalangi niat Kenshin.
“Kumohon jangan menjadi Pembantai
lagi!. Jangan bunuh dia!. Kau tak harus membunuh. Kau, demi mereka yang sudah
mati, kau, demi mereka yang sudah kau bantu, jangan membunuh lagi. Kau bisa
membantu orang lain. Bukankah itu tujuan Kenshin di dunia baru?.”
Berhasil. Kenshin tak jadi
membunuh. Ia hanya mematahkan sendi siku dan otot di sekitarnya namun musuhnya
mati dengan harakiri alias bunuh diri. Saat itu, Hajime Saito muncul dan
masih saja mempertanyakan kesungguhan Kenshin.
“Kau takkan bisa membawa keadilan
dan kedamaian tanpa membunuh. Apa kau bisa?.”
1 komentar:
Beuh, kayaknya film ini membekas banget.. hehe
keren sih emang..
Posting Komentar