Find us on facebook

Selasa, 10 November 2015

MAIN-MAIN YANG TIDAK MAIN-MAIN

Main-main
“Kali ini saya tidak main-main karena sudah terlalu banyak main-main yang saya lakukan. Saya jatuh cinta pada gadis itu. Dia pacar teman saya tapi saya serius, saya tidak main-main jadi jangan kalian aggap kali ini saya hanya main-main. Salah teman saya sendiri dia terlalu banyak main-main dengan wanita lain yang suka main-main. Menganggap cinta hanya sekedar main-main saat tak ada kesibukan untuk mereka main-main. Karena kali ini saya tidak main-main saya tidak berani langsung mengungkapkan apa yang saya rasakan. Bukan main rasanya cinta yang kali ini saya rasakan, saya tidak main-main karena memang cinta kali ini tidak saya anggap main-main.”

“Saya sadar benar kalau kali ini teman saya benar-benar jatuh cinta dan dia tidak main-main. Yang membuat saya gusar adalah dia jatuh cinta dengan pacar saya. Saya tidak mau menganggap ini main-main karena walaupun saya terlihat main-main dengan pacar saya, sebenarnya saya tidak main-main. Di balik sikap saya yang seperti main-main  sebetulnya saya tidak main-main. Saya tidak mau main-main lagi dengan asmara ini karena saya sudah terlalu banyak main-main. Kali ini saya berucap dengan serius, saya tidak main-main.”

“Ya ampun, saya terjebak dalam cinta segi dua setengah. Bukan cinta segi tiga. Saya serius karena kalau saya sudah berbicara tentang cinta saya tidak bisa main-main. Kenapa saya bilang cinta segi dua setengah, segi pertama karena saya memang mencintai pacar saya dan sekali lagi saya tegaskan kalau bicara soal cinta saya tidak akan main-main. Segi kedua saya sudah punya pacar, walaupun seolah-olah sikapnya main-main tapi sebetulnya dia tidak main-main, saya yakin sekali dengan hal itu karena dia pernah mengaku lelah bermain-main, jenuh memainkan cinta untuk  sekadar main-main di waktu senggang saat tak ada hiburan untuk main-main. Segi setengah berikutnya adalah teman pacar saya. Saya juga percaya kalau dia tidak sekadar main-main, menurut pengakuan beberapa teman dia juga sudah lelah bermain-main. Saya kadang merasa kalau belakangan pesona diri saya terpancar bukan main karena begitu banyak pria yang semula suka main-main kini serius dan berhenti main-main.”

“Mereka itu aneh. Segerombolan orang yang awalnya suka main-main tapi akhirnya terjebak dengan main-main mereka sendiri. Ini luar biasa, merubah dua laki-laki yang suka main-main menjadi tidak main-main adalah perkara yang bukan main. Perempuan itu pasti memiliki pesona yang bukan main pula. Semoga saja saya tidak terjebak dalam pusaran main-main mereka yang. Cinta itu luar biasa, bukan perkara main-main lagi. Tak ada main-main dalam cinta.”

“Saya sudah ungkapkan cinta saya pada dia. Saya tidak main-main karena resiko yang harus saya tanggung itu bukan main. Saya akan kehilangan teman main saya. Tapi saya sudah siap, diumur saya yang seperti ini tidak ada lagi istilah main-main. Semoga dia bisa menerima saya dan menganggap ucapan saya bukan main-main karena kalau dia hanya main-main dengan perasaan saya kepercayaan saya akan cinta akan musnah dan saya tidak akan berhenti jadi lelaki yang suka main-main.”

“Teman main saya ternyata tidak main-main. Genderang perang sudah dimainkan. Cintanya sudah dia ungkapkan ke pacar saya. Ini sudah bukan perkara main-main lagi. Semisal pacar saya selama ini hanya main-main dengan saya dia pasti akan menerima cinta teman saya. Saya tidak mau seperti itu, saya pasti marah dan amarah saya ini tidak main-main. Saya sudah tidak mau main-main. Akan saya labrak dia karena sudah berani main-main dengan saya. Tidak peduli saya akan kehilangan teman main. Saya benci dia. Kebencian saya tidak main-main. Lihat saja.”

“Yang tidak saya harapkan terjadi. Teman pacar saya tidak main-main. Dia sudah mengungkapkan perasaannya dan dia sepertinya tidak mau main-main dengan asmara. Dia juga pernah berkata kalau seandainya saya hanya main-main maka dia juga tidak akan berhenti main-main selama hidupnya. Ancaman yang menakutkan. Yang lebih menakutkan adalah pacar saya melabrak temannya. Ini sudah bukan perkara main-main lagi. Tak ada main-main lagi dalam hubungan cinta segi dua setengah ini. Kehilangan teman main bagi lelaki bukan urusan main-main ini urusan besar yang harus diselesaikan dengan serius bukan dengan cara yang main-main. Saya bingung. Saya bingung. Bingung saya tidak main-main.”

“Akhirnya mereka terjebak dalam permainan cinta yang bukan main memusingkan. Tapi tampaknya sekarang saya terjebak juga dengan main-main yang kata mereka bukan main-main yang sedang mereka mainkan. Pesona wanita itu bukan main. Saya tidak mau ketinggalan, saya ingin ikut main-main dalam persoalan yang katanya bukan main itu. Memainkan sebuah perkara yang bukan main memang benar-benar bikin pusing. Yang lebih parah saya ternyata ikut main-main dalam lingkaran cinta yang seolah-olah main-main padahal tidak main-main. Saya bukan pemain dan saya tidak sedang main-main.”

*terinspirasi setelah membaca ‘Jangan Main-Main Dengan Kelaminmu’

*sumber poto : instagram @neyaph

Jakarta, 10 November 2015
Achmad Ikhtiar


8 komentar:

Asik dah IG gue dipromosiin. Hahaha...

semoga nambah follower nya mbak

semoga nambah follower nya mbak

main-main. main yuk hehehe

terima kasih banyak, Bang sae..

eits, jangan main-main, ahahahahah...

terima kasih banyak, Bang sae..

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More