Main-main |
“Kali ini saya tidak main-main karena sudah terlalu
banyak main-main yang saya lakukan. Saya jatuh cinta pada gadis itu. Dia pacar
teman saya tapi saya serius, saya tidak main-main jadi jangan kalian aggap kali
ini saya hanya main-main. Salah teman saya sendiri dia terlalu banyak main-main
dengan wanita lain yang suka main-main. Menganggap cinta hanya sekedar
main-main saat tak ada kesibukan untuk mereka main-main. Karena kali ini saya
tidak main-main saya tidak berani langsung mengungkapkan apa yang saya rasakan.
Bukan main rasanya cinta yang kali ini saya rasakan, saya tidak main-main
karena memang cinta kali ini tidak saya anggap main-main.”
“Saya sadar benar kalau kali ini teman saya
benar-benar jatuh cinta dan dia tidak main-main. Yang membuat saya gusar adalah
dia jatuh cinta dengan pacar saya. Saya tidak mau menganggap ini main-main
karena walaupun saya terlihat main-main dengan pacar saya, sebenarnya saya
tidak main-main. Di balik sikap saya yang seperti main-main sebetulnya saya tidak main-main. Saya tidak
mau main-main lagi dengan asmara ini karena saya sudah terlalu banyak
main-main. Kali ini saya berucap dengan serius, saya tidak main-main.”
“Ya ampun, saya terjebak dalam cinta segi dua
setengah. Bukan cinta segi tiga. Saya serius karena kalau saya sudah berbicara
tentang cinta saya tidak bisa main-main. Kenapa saya bilang cinta segi dua
setengah, segi pertama karena saya memang mencintai pacar saya dan sekali lagi
saya tegaskan kalau bicara soal cinta saya tidak akan main-main. Segi kedua
saya sudah punya pacar, walaupun seolah-olah sikapnya main-main tapi sebetulnya
dia tidak main-main, saya yakin sekali dengan hal itu karena dia pernah mengaku
lelah bermain-main, jenuh memainkan cinta untuk
sekadar main-main di waktu senggang saat tak ada hiburan untuk
main-main. Segi setengah berikutnya adalah teman pacar saya. Saya juga percaya
kalau dia tidak sekadar main-main, menurut pengakuan beberapa teman dia juga
sudah lelah bermain-main. Saya kadang merasa kalau belakangan pesona diri saya
terpancar bukan main karena begitu banyak pria yang semula suka main-main kini
serius dan berhenti main-main.”
“Mereka itu aneh. Segerombolan orang yang awalnya
suka main-main tapi akhirnya terjebak dengan main-main mereka sendiri. Ini luar
biasa, merubah dua laki-laki yang suka main-main menjadi tidak main-main adalah
perkara yang bukan main. Perempuan itu pasti memiliki pesona yang bukan main
pula. Semoga saja saya tidak terjebak dalam pusaran main-main mereka yang.
Cinta itu luar biasa, bukan perkara main-main lagi. Tak ada main-main dalam
cinta.”
“Saya sudah ungkapkan cinta saya pada dia. Saya
tidak main-main karena resiko yang harus saya tanggung itu bukan main. Saya
akan kehilangan teman main saya. Tapi saya sudah siap, diumur saya yang seperti
ini tidak ada lagi istilah main-main. Semoga dia bisa menerima saya dan
menganggap ucapan saya bukan main-main karena kalau dia hanya main-main dengan
perasaan saya kepercayaan saya akan cinta akan musnah dan saya tidak akan
berhenti jadi lelaki yang suka main-main.”
“Teman main saya ternyata tidak main-main. Genderang
perang sudah dimainkan. Cintanya sudah dia ungkapkan ke pacar saya. Ini sudah
bukan perkara main-main lagi. Semisal pacar saya selama ini hanya main-main
dengan saya dia pasti akan menerima cinta teman saya. Saya tidak mau seperti
itu, saya pasti marah dan amarah saya ini tidak main-main. Saya sudah tidak mau
main-main. Akan saya labrak dia karena sudah berani main-main dengan saya.
Tidak peduli saya akan kehilangan teman main. Saya benci dia. Kebencian saya tidak
main-main. Lihat saja.”
“Yang tidak saya harapkan terjadi. Teman pacar saya
tidak main-main. Dia sudah mengungkapkan perasaannya dan dia sepertinya tidak
mau main-main dengan asmara. Dia juga pernah berkata kalau seandainya saya
hanya main-main maka dia juga tidak akan berhenti main-main selama hidupnya.
Ancaman yang menakutkan. Yang lebih menakutkan adalah pacar saya melabrak
temannya. Ini sudah bukan perkara main-main lagi. Tak ada main-main lagi dalam
hubungan cinta segi dua setengah ini. Kehilangan teman main bagi lelaki bukan
urusan main-main ini urusan besar yang harus diselesaikan dengan serius bukan
dengan cara yang main-main. Saya bingung. Saya bingung. Bingung saya tidak
main-main.”
“Akhirnya mereka terjebak dalam permainan cinta yang
bukan main memusingkan. Tapi tampaknya sekarang saya terjebak juga dengan
main-main yang kata mereka bukan main-main yang sedang mereka mainkan. Pesona wanita
itu bukan main. Saya tidak mau ketinggalan, saya ingin ikut main-main dalam
persoalan yang katanya bukan main itu. Memainkan sebuah perkara yang bukan main
memang benar-benar bikin pusing. Yang lebih parah saya ternyata ikut main-main
dalam lingkaran cinta yang seolah-olah main-main padahal tidak main-main. Saya
bukan pemain dan saya tidak sedang main-main.”
*terinspirasi setelah membaca ‘Jangan Main-Main
Dengan Kelaminmu’
*sumber poto : instagram @neyaph
Jakarta, 10 November 2015
Achmad Ikhtiar
8 komentar:
Asik dah IG gue dipromosiin. Hahaha...
semoga nambah follower nya mbak
semoga nambah follower nya mbak
luar biasa
main-main. main yuk hehehe
terima kasih banyak, Bang sae..
eits, jangan main-main, ahahahahah...
terima kasih banyak, Bang sae..
Posting Komentar