Find us on facebook

Rabu, 16 Desember 2015

Yang sering ditemui dan harus diabaikan

Sahabat, mari kita renungkan lagi kisah yang mungkin telah sering kita baca atau dengarkan. Kisah tentang seorang ayah bersama anaknya yang melakukan perjalanan dengan keledai.

Beginilah penjabaran kondisinya.

Pertama, si anak naik keledai dan sang ayah berjalan saja. Orang-orang yang melihat mengatakan si Anak tidak sopan. Dia menaiki keledai sementara ayahnya hanya berjalan kaki.

Kedua, gantian si Ayah yang naik keledai dan Sang anak yang berjalan . Orang-orang yang melihat, mengatakan dan mengumpat Si lelaki yang membiarkan anaknya berjalan kaki sedangkan dia enak-enakan duduk di atas keledai.

Ketiga, karena dua komentar sebelumnya, si anak dan sang ayah sama-sama menaiki keledai. Orang diperjalanan  yang melihat menjadi mengumpat pula dan  mengatakan anak-bapak ini tidak punya rasa kasihan terhadap si Keledai.

Keempat, akhirnya mereka berdua memutuskan untuk tidak menaiki keledai. Dan ternyata ada lagi orang berkomentar. Si ayah dan si anak dikatakan bodoh karena ada keledai yang bisa dimanfaatkan, tapi tidak di gunakan.

Kelima, untuk menghindari berbagai macam komentar orang lain lagi, akhirnya si anak dan sang ayah malah menggotong keledai tersebut yang kebetulan daerah yang mereka tuju telah dekat. Tapi apa? Masih ada orang yang berkomentar. Si ayah dan anaknya dikatakan bodoh. Keledai kok malah digotong.



Dari kelima situasi di atas, apapun yang diperbuat si anak dan ayahnya, selalu mendapat kritikan dari orang lain. Beda kondisi, beda pula komentar yang didapat. Beda yang diperbuat, beda pula omongan orang lain yang didengar. Tapi intinya, ucapan semua orang kepadanya hanya menyalahkan. Mengatakan hal ini, menyatakan hal itu. Tanpa tahu kondisinya.

Coba kita berfikir seperti ini.

Untuk kondisi pertama, bisa saja si anak sedang sakit kakinya, maka ia yang naik keledai. Di kondisi kedua, bisa saja si ayah yang malah sakit kakinya. Kondisi ketiga, bisa jadi si ayah dan sang anak sama-sama sakit yang memaksanya untuk menaiki keledai berdua. Kondisi keempat, bisa saja kaki si keledai yang sakit, sahingga tak bisa dinaiki. Dan kondisi kelima tentang si keledai yang digotong, bisa saja keledainya sakit parah dan tidak bisa berjalan.

Tapi coba sahabat fikir, untuk kelima kondisi di atas, apakah semua orang yang melihat telah mengetahui alasan si ayah dan sang anak 'berlaku' untuk masing-masing keadaan? Dan sering, orang berkomentar tanpa sempatnya mendapat penjelasan yang membuat sebuah tindakan yang dilakukan.

Betul bukan?

Ya begitulah kawan,  dalam kehidupan sehari-hari pun sering kita temui. Komentar dan kritikan yang selalu menghujami. Mereka menghakimi tanpa mencoba mengerti. Menyalahkan orang lain tanpa mencoba memahami.

Ketahuilah sahabat, itu karena mereka tidak tahu apa yang kita tahu. Mereka tidak paham tentang apa yang kita paham. Karena itu sahabat, apapun yang kita lakukan sekarang, selama itu benar dan tidak melanggar syariat, jalankan saja. Apapun pendapat orang, tidak usah terlalu didengarkan.




0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More