Find us on facebook

Kamis, 10 Desember 2015

Pulang




Menyusuri jalan setapak ini seperti kembali ke sepuluh tahun lalu
Seorang gadis remaja dengan rambut dikepang dua
Melangkah, kadang  tegap, lebih sering menunduk malu
Menyembunyikan bulir air mata  dan dendam yang meluap di dada
Siapakah dia?



Sepuluh tahun berlalu  sejak peristiwa itu
Kehilangan, yah Dia, Gadis itu  kehilangan segalanya
Kehilangan seorang Ayah, kehilangan yang membuatnya membenci dirinya
Sebenarnya bukan salah  dirinya, hanya saja gadis 12 tahun itu tak bisa  berbuat apa-apa demi ibunya
Itu yang membuatnya  benci pada dirinya
Benci karena tak mampu membela sang Ibu yang dituduh membunuh Ayah, Hal yang tak masuk akal
Benci yang membuatnya memutuskan untuk tak mneyapa mereka yang telah menyakiti Ibunya
Benci yang membuatnya bertekad  untuk pergi dan tak akan pulang ,
Kecuali sudah menjadi orang berhasil
Benci yang menanamkan segumpal dendam pada mereka . . .

Kini saat itu tiba,
Saat dimana Dia, gadis itu sudah sukses
Sukses meniti karier, berpindah dari satu kota ke kota lainnya
Mengorbankan perasaan rindu pada Ibu
Karena janji yang tertanam, Tak kan pulang sebelum jadi orang
Lalu bagaimana benci dan dendam itu?
Benci itu masih Tertanam,
Dan dendam itu masih tak mampu dia bunuh
Dia semakin membenci dirinya,
Membenci karena tak mampu memaafkan,
Lihatlah ibunya, begitu santai berbicara dengan orang-orang yang  menyakitinya dulu,
Ibu mungkin sudah memaafkan mereka, sudah melupakan segala caci maki dari keluarga Ayah, segala hal yang membuatnya terluka sepuluh tahun lalu,
Ah, hati Ibu terlalu baik . . .
Dan Gadis itu,  masih belum mampu membunuh benci dan dendam itu,
Pulang sekarang belum mengobati  lukanya,
Dia masih butuh waktu  . . .

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More