Setiap pagi dan sore, lima kali dalam satu minggu kita berjumpa di perempatan yang sama. Banyak yang mencibir, sebagian memaki-maki dan mengejek tapi sebagian besar lagi malah salut, bangga dan iri. Mereka bilang kamu adalah orang yang sukses, manusia merdeka, orang yang pernah berjumpa secara langsung dengan sesuatu yang banyak manusia sanjung puja: kebebasan!
Jam 7 tepat, setiap pagi, aku lewat. senin, selasa, rabu, kamis, jumat. Tapi bagimu yang menggenggam kebebasan, hari-harimu tak lagi dibatasi waktu. Belenggu jarum jam patah di tanganmu, angkuhnya waktu luluh kamu injak-injak. Bagimu setiap hari adalah senin pagi, dengan takzim kamu menghormat ke tiang lampu lalu lintas sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya. Kamu gila tapi nasionalis. Lampu lalu lintas menyala kuning aku terabas. Aku waras tapi suka melanggar aturan dan tidak tahu diri.
Kamu gila, aku waras. Hidupku teratur mengikuti alur, hidupmu acak-acakan. Kamu makan setiap kamu lapar, kamu tidur setiap merasa ngantuk, kamu bicara saat merasa butuh. Kamu memegang kebebasan, tanpa aturan. Setiap malam aku tidur bukan karena ngantuk tapi khawatir esok harinya aku lelah di tempat kerja, ak makan bukan karena lapar tapi waktu makanku memang sudah diatur sedemikian rupa, aku berbicara bukan karena merasa butuh, tapi karena aku dipaksa bicara.
Tunggu sebentar... jika sudah membandingkan seperti ini aku jadi berpikir, siapa yang benar-benar gila sekarang? Ordo Ab Chao, dalam kekacauan ada keteraturan. Itu kamu, orang yang aku anggap gila dan hidup sesukanya malah menemukan keteraturan dalam kekacauan. Sedangkan aku (kami) yang merasa waras mencoba menakar-nakar, menghitung, menimbang, membuat konsep keteraturan yang malah berbalik jadi kekacauan.
Ordo Ab Chao...
Ordo Ab Chao...
Biarlah manusia kembali jadi manusia dengan keteraturan yang dibuat oleh Pencipta Manusia. Keteraturan ajeg yang sering dianggap kekacauan.
Ordo Ab Chao...
1 komentar:
Ajib nih tulisan...
Selalu bisa menulis dari sudut2 yang jarang dijangkau orang.. keren..
Posting Komentar