Sebagian
dari kita mungkin pernah (atau selalu?) mengeluh tentang “sesuatu” bernama Indonesia. “Sesuatu”
itu bisa diganti dengan apa saja. Bangsa, tanah air, rumah, atau bisa saja kamp
konsentrasi. You name it.
Keluhan-keluhan muncul karena kompleksnya masalah dari jumlah penduduk yang tidak imbang dengan pemahaman dan kesadaran masing-masing tentang nilai dan norma hidup bergerombol itu. Sadar tak sadar, ada kita sebagai individu dan kelompok di dalamnya yang menyumbang kecil-kecilan perilaku non-etis lagi merugikan. Hal-hal kecil dan negatif yang pada akhirnya membudaya.
Keluhan-keluhan muncul karena kompleksnya masalah dari jumlah penduduk yang tidak imbang dengan pemahaman dan kesadaran masing-masing tentang nilai dan norma hidup bergerombol itu. Sadar tak sadar, ada kita sebagai individu dan kelompok di dalamnya yang menyumbang kecil-kecilan perilaku non-etis lagi merugikan. Hal-hal kecil dan negatif yang pada akhirnya membudaya.
Koentjaraningrat
menyebutkan mentalitas negatif masyarakat Indonesia yang terdiri atas: sifat
mentalitas yang meremehkan mutu, suka menerabas, tidak percaya pada diri
sendiri, tidak berdisiplin murni, dan suka mengabaikan tanggung jawab yang
kokoh. Mentalitas yang mudah sekali kita
temui di sekitar kita dan jika diuraikan akan menjadi keluhan tanpa ujung.
Dalam kapasitas ini, saya tidak
ingin menambah beban teman-teman soal apa saja yang membuat kondisi makin berantakan. Mengeluh dan mengkritik saja tanpa upaya progresif sama sekali tidak menambah kualitas nilai pribadi yang positif. Saya yakin dalam halai balainya situasi bangsa kita, warga yang cinta negerinya pasti berharap agar tercapai perubahan yang lebih baik. Tanpa koruptor. Tanpa macet. Tanpa sampah. Tanpa resah. Terwujudnya masyarakat yang ekspresif juga beradab. Tapi, niat yang baik saja tak cukup, butuh kerja sama masif untuk bergerak dan memperbaiki menuju perubahan itu. Musim saja berubah untuk keseimbangan
alam, masa’ kita tidak?.
Berikut
ini tiga alternatif dimana kita bisa menemukan putra-putri yang mau beresin Indonesia. Jika saja kita bingung memulai dari mana, semoga yang mereka lakukan memberi inspirasi, aha moment! untuk turut mengambil peran sesederhana apapun. Optimisme,
kreatifitas, dan keberanian mendampingi Indonesia selayaknya bangsa, tanah air, atau rumah
nyaman bagi rakyatnya.
1. http://www.indonesia.travel/
Situs
yang dikelola pemerintah ini mendokumentasikan semua kekayaan alam dan fakta
penting yang membentang di Nusantara. Kita punya sumber daya yang tidak ada bandingannya. Apa yang bisa kita lakukan untuk membuatnya diperhitungkan di mata internasional?. Sebagiannya mungkin pernah kita kunjungi
tapi lebih banyak lagi yang belum. Panorama indah dan aneka ragam hayat yang terkandung di dalamnya kiranya membuat kita tak akan sanggup berpaling ke
lubuk lain, semacam ingin menjaganya sampai titik nadir.
2. http://www.goodnewsfromindonesia.org
GNFI
adalah kumpulan orang-orang yang ingin menyampaikan kabar-kabar baik tentang
Indonesia. Mengetahui ada banyak kabar baik juga dari negeri ini tentunya akan
bikin kita lebih positif melihat peluang yang bisa dicapai di masa depan.
3. https://kitabisa.com/
Website ini merupakan wadah penggalangan dana bersifat online yang menggugah siapa saja untuk berbuat, entah dengan menjadi relawan di lapangan atau donatur atas isu-isu yang berkembang demi menciptakan perubahan yang diinginkan. Laman ini sudah mengumpulkan 6,84 miliar rupiah, mendanai 536 inisiatif, dan mengajak 34.928 relawan dan donatur.
“Bangsa ini kenyang perkataan. Tunjukkan aksi konkrit Anda dengan menggalang dana untuk hal yang berarti bagi Anda."
"Sejumlah 400 anak usia sekolah (SD-SMP) di Moro-Moro, Mesuji, Lampung, terancam putus sekolah. Penyebabnya karena sekolah mereka berlokasi di Register 45, sebuah wilayah konflik agraria di kabupaten Mesuji, Lampung. Wilayah ini adalah lahan tidur yang ditinggalkan sebuah perusahaan pemegang konsesi Hak Pengelolaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) pada tahun 1996-1997 karena dampak krisis moneter. Sejak saat itu hingga sekarang (18 tahun lamanya) masyarakat membangun kampung bernama Moro-Moro. Mereka mendirikan sekolah, tempat ibadah dan posyandu secara swadaya. Mereka juga telah menghijaukan lahan seluas 2.400 hektar yang dulu hanyalah hamparan alang-alang."
"Bertahun-tahun tinggal di Indonesia membuat saya sadar bahwa begitu banyak orang yang kurang beruntung. Mereka tidak bisa mencapai mimpi karena berbagai keterbatasan. Karena itu saya memutuskan untuk melakukan #BecakTerus, sebuah aksi galang dana untuk mendukung 4 yayasan di Indonesia yang aktif dalam berbagai perubahan sosial."
0 komentar:
Posting Komentar