Rintik hujan di penghujung senja. Seakan turut
mengantarkan sang surya kembali ke peraduannya. Burung-burung kecil
terdengar riuh di rerimbunan pohon beringin. Sepertinya mereka tetap saja
bergembira. Walau butiran air dari sela dedaunan mengenai tubuh mungil mereka. Atau aku yang
salah mengira? Karena aku manusia yang seringkali merasa tahu segalanya ?
Manusia memang aneh. Ya. Manusia sepertiku . Aku bilang ingin
bahagia. Tapi aku malah memilih menderita. Bingung dengan sederet impian yang
membumbung tinggi ke angkasa. Susah memikirkan keinginan yang tak terlaksana.
Aku bilang aku kaya. Semestinya aku benar-benar menjadi orang kaya.
Yaitu orang yang suka berbagi hartanya untuk sesama. Bukan justru sibuk mencari
cara. Agar harta orang lain berpindah ke kantongnya.
Aku bilang aku orang pintar.
Dan kenyataannya memang aku sangat “pintar”. Berhasil mengelabui banyak orang. Bermain-main
dengan jabatan. Mengumbar janji atas nama Tuhan. Kau masih meragukan
kepintaranku ?
Itulah aku. Aku yang selalu bersama ke-akuanku. Sampai akhirnya aku
dipaksa putus hubungan dengan ke-akuanku. Oleh Tuhanku. Dengan cara yang
menyakitkan. Menyengsarakan. Menistakan. Aku divonis penjara!. Aku dihina di mana-mana. Aku sudah tak bermuka. Bahkan aku hendak menghilangkankan
nyawaku sendiri karena malu tiada terkira.
Butuh waktu untuk berproses. Butuh waktu untuk hadirnya sebuah
kesadaran bahwa sesungguhnya diriku terselamatkan dari ke-akuanku. Tuhan telah
menyelamatkanku. Dengan cara-Nya. Dan tentunya ini juga berkat doa Ibuku. Seorang ibu yang selalu
mendoakan keselamatanku. Seorang ibu yang tulus ikhlas selalu mendampingiku.
Baik dalam suka apalagi saat duka. Terima kasih Ibu !
“Ya Allah, ampunilah aku dan kedua orangtuaku serta kasihilah
mereka seperti mereka mengasihiku waktu kecil”.
“ Ya Hayyu Ya Qayyum, dengan rahmat-Mu aku meminta pertolongan,
baguskanlah semua urusanku, dan jangan Kau tinggalkan aku sendiri pada “nafs”ku
walau sekejab mata”.
Tuban, 21 Desember 2015
by.atin5757
0 komentar:
Posting Komentar