Find us on facebook

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 30 Desember 2015

Hal yang (Mungkin) Membuat Kita Semakin Tertinggal

Selamat pagi sahabat. Apa kabar hari ini? Semoga baik-baik saja, apapun yang sedang dihadapi.

Tulisan ini ingin mengajak kawan- kawan berdiskusi. Tentang hal yang sering kita hadapi sehari- hari.

Dalam keseharian kita, yang sedang berada di zaman globalisasi, membuat kita tak terlepas dari gadget atau smartphone. Dari pengamatan saya sendiri, rata-rata semua anak muda memilikinya. Bahkan anak yang masih SMP pun telah memilikinya. Begitu pun dengan orang yang juga telah berumur dengan ekonomi memadai, maka sudah dipastikan mereka pun memiliki.

Maraknya penggunaan smartphone ini didukung oleh aplikasi yang menggiurkan. Mulai dari camera yang bagus  untuk " selfie"; whatsApp, BBM, line dkk untuk komunikasi. Dan masih banyak aplikasi yang sama-sama kita tahu saat ini.

Banyaknya aplikasi menarik di smartphone yang kita punya, membuat kita betah berlama-lama " memainkannya". Dan ternyata menurut penelitian, rata-rata setiap orang menghabiskan waktu tiga jam "menatap" smartphone tersebut. Terlepas dari apa saja yang dilihat.

Tapi kembali kepada pengamatan saya, kebanyakan dari mereka hanya membuka WhatApp, BBM, dan instagram. Begitulah rata-rata. Jadi jarang sekali saya lihat ada yang membuka aplikasi lain yang lebih bermanfaat. Bukan saya ingin mengatakan aplikasi tersebut tidak bermanfaat, namun banyak waktu yang terbuang karenanya.

Okelah kita ambil salah satu contohnya. WhatsApp. Aplikasi ini digunakan untuk komunikasi. Bolehlah kita pakai daripada menggunakan sms yang membutuhkan pulsa. Namun terlepas dari itu, komunikasi yang benar-benar kita butuhkan hanya sekian persen, selebihnya hanya komunikasi-komunikasi yang mungkin dapat kita kesampingkan dan mendahulukan sesuatu yang lebih penting.

Dan  satu lagi contohnya, instagram. Ketika kita membukanya, lalu disana kita memfolow berbagai akun yang kontennya lucu-lucu. Jadilah kita tertawa dan terhipnotis lagi dan lagi untuk membaca hal-hal lucu yang tanpa disadari telah memakan waktu kita.

Benar tidak?

Pernah suatu kali saya baca sebuah tulisan. Katanya, orang-orang barat itu membuat aplikasi untuk membuat orang timur " terlena". Dan akhirnya tertidur. Sedangkan mereka? Belajar, belajar dan belajar tanpa lelah dan meninggalkan kita yang telah tertinggal.



Senin, 28 Desember 2015

Resensi Novel Ayat-Ayat Cinta 2




Judul : Ayat-ayat Cinta 2
Penulis : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit : Republika Penerbit
Tahun terbit : 2015
Jumah Halaman : 690
Sinopsis
Kisah Fahri dalam novel Ayat-Ayat Cinta 2 ini berlanjut. Kehidupan Fahri yang dulunya tinggal di Mesir kini sudah pindah ke Edinburg. Fahri menjadi salah satu dosen di University of Edinburg. Fahri hidup Edinburg ditemani Paman Hulusi, orang yang pernah ditolongnya sekaligus menjadi supir pribadi Fahri. Di Edinburg, selain menjadi dosen, Fahri juga menjalankan bisnis keluarga Aisha. Seperti  diketahui saat awal menikah dengan Aisha, Fahri diberikan kepercayaan untuk mengelola bisnis warisan dari mama Aisha. Bisnis itu sekarang berkembang pesat. Di Edinburg, selain bisnis minimarket, Fahri juga mengelola Butik AFO. Tak hanya itu juga, kehidupan Fahri di Edinburg seolah sempurna. Menjadi dosen yang disenangi mahasiswa, rajin menulis di jurnal,dan dermawan. Namun   masih ada ruang kosong di hatinya, Aisha taka da di sisinya. 

Minggu, 27 Desember 2015

Menjadi Tua Itu Pasti!

Menjadi Tua Itu Pasti, Bang Syaiha, http://himpunkata.blogspot.co.id/
Menjadi Tua Itu Pasti, Bang Syaiha, http://himpunkata.blogspot.co.id/
Beberapa hari ini, setiap shalat lima waktu di masjid, saya selalu mendapati orang-orang tua yang sudah sepuh. Mereka datang ke masjid dengan jalan tertatih (beberapa orang malah jalan dituntun oleh orang lain), menggunakan tongkat, atau alat bantu lainnya. Saya selalu menyaksikan meraka, menatap penuh takzim dan penghormatan. Tubuh mereka renta, kulit mengendur, dan wajah yang gagah dulu, hilang dimakan usia. 

Mereka akan masuk ke dalam masjid dan mengambil posisi paling depan. Tak pernah alpa, sebelum duduk dan menunggu waktu shalat, mereka melaksanakan dua reka'at sunnah. Shalat yang konon dilakukan untuk menghormati masjid. Selanjutnya, mereka duduk khidmat, diam sambil berdzikir (mengingat Allah). 

Jumat, 25 Desember 2015

MIMPI SEORANG HITOKIRI BATTOUSAI DAN PARA PERAGU DI SEKITARNYA

Mari duduk sejenak. Kita ingat-ingat lagi tentang mimpi seorang Hitokiri Battousai. Kalau teman-teman kenal anime Samurai X, jelas tahu siapa orang yang saya maksudkan. 

Rabu, 23 Desember 2015

KELUARGA



Apa makna keluarga bagi Anda?
Bagi saya, keluarga adalah adanya kehadiran ayah, ibu, dan saudara. Kehadiran mereka sangat berarti dan memberikan peran yang luar biasa bagi tumbuhnya kedewasaan dan sikap saya. Keluarga lebih berharga dibandingkan dengan emas permata. Keluarga lebih penting dibandingkan jabatan yang saat ini Anda miliki.

Coba sejenak menengok ke luar. Betapa banyak anak yang sengsara karena tidak diperhatikan oleh ayah dan ibunya. Berapa banyak anak yang menderita karena ayah ibunya setiap hari bertengkar. Berapa banyak anak yang merana karena ayah dan ibunya sibuk bekerja.

Selasa, 22 Desember 2015

PENGHUJUNG TAHUN


Sudah bulan desember, sudah memasuki bulan diakhir tahun, sebentar lagi akan berganti bulan januari dengan tahun yang berbeda, sebentar lagi akan berganti tahun. Lalu mau apa? Yang ada dibenak saya saat ini menjelang akhir tahun adalah apa sih yang sudah dilakukan di tahun ini? Apakah semua rencana sudah terwujud? Apakah semua target sudah tercapai? Apakah semua mimpi dan keinginan sudah terpenuhi? Mengingat hal tersebut, saya jadi teringat tentang target saya dulu itu apa yah di tahun ini? Setelah dicari ternyata target saya ditahun ini adalah lulus kuliah. Tetapi ternyata sayangnya target tersebut tidak tercapai. Malah sesuatu yang tidak pernah direncanakan yang terjadi salah satunya adalah blog ini.

Kembali lagi tentang target. Ada yang pernah mengatakan kepada saya bahwa hidup itu harus punya target. Dari apa yang pernah saya baca pun sama bahwa hidup itu harus punya mimpi dan jangan pernah takut untuk bermimpi bahkan jangan pernah takut untuk menargetkan sesuatu yang mungkin rasanya tak akan tercapai karena tak ada yang mustahil jika Allah SWT menghendaki. Soal target saya yang tak tercapai bukan disebabkan karena kuliah saya yang tak lulus-lulus namun program perkuliahan yang berubah. Awalnya program perkuliahan yang saya jalani adalah satu tahun dengan tiga semester itu saat awal saya masuk kuliah yaitu pertengahan 2014. Ya memang jika perkuliahan tersebut lamanya satu tahun maka jika dimulai tahun 2014 akan berakhir 2015. Maka dari itu saya menargetkan di tahun 2015 adalah lulus kuliah. Namun memasuki awal tahun 2015 ternyata program perkuliahan yang satu tahun itu berubah menjadi dua tahun dengan alasan perkuliahan yang dilakukan adalah tiga semester yang berarti satu setengah tahun dan sisanya satu semester lagi untuk penyusunan tugas akhir agar lebih fokus dan optimal. Begitulah keputusan kampus. Dipikir-pikir lagi benar juga yah. Mana ada kuliah tiga semester selama satu tahun. Kalau pun ada rasanya terlalu memaksakan apalagi ini kuliah non reguler yang hanya dilakukan seminggu dua kali yaitu hari sabtu dan minggu. Walaupun sempat kecewa dengan keputusan kampus karena akan berpengaruh terhadap target yang sudah saya rencanakan namun setelah dipikir lagi akhirnya saya dan teman-teman pun menerima keputusan tersebut. Saya pun mencari tahu lama program perkuliahan dari diploma tiga ke jenjang strata satu itu rata-rata berapa lama? Hasilnya pun yang saya dapatkan adalah satu setengah sampai dua tahun.

Karena target di tahun 2015 tidak tercapai maka saya mengganti target itu untuk tahun 2016 semoga saja target saya itu bisa terwujud di tahun 2016. Yang ada dibenak saya saat ini untuk tahun 2016 adalah bisa lulus sesuai jadwal dan berharap dipermudah dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi serta dipermudah dalam sidang skripsi. Mohon doanya kawan semua.  

Senin, 21 Desember 2015

Catatan harian di penghujung tahun : Aku dan ke-akuanku ; Terima Kasih Ibu !


Rintik hujan di penghujung senja. Seakan  turut  mengantarkan sang surya kembali ke peraduannya. Burung-burung kecil terdengar riuh di rerimbunan pohon beringin. Sepertinya mereka tetap saja bergembira. Walau butiran air dari sela dedaunan  mengenai tubuh mungil mereka. Atau aku yang salah mengira? Karena aku manusia yang seringkali merasa tahu segalanya ?
Manusia memang aneh. Ya. Manusia sepertiku . Aku bilang ingin bahagia. Tapi aku malah memilih menderita. Bingung dengan sederet impian yang membumbung tinggi ke angkasa. Susah memikirkan keinginan yang tak terlaksana.  
Aku bilang aku kaya. Semestinya aku benar-benar menjadi orang kaya. Yaitu orang yang suka berbagi hartanya untuk sesama. Bukan justru sibuk mencari cara. Agar harta orang lain berpindah ke kantongnya.
 Aku bilang aku orang pintar. Dan kenyataannya memang aku sangat “pintar”. Berhasil mengelabui banyak orang. Bermain-main dengan jabatan. Mengumbar janji atas nama Tuhan. Kau masih meragukan kepintaranku ?
Itulah aku. Aku yang selalu bersama ke-akuanku. Sampai akhirnya aku dipaksa putus hubungan dengan ke-akuanku. Oleh Tuhanku. Dengan cara yang menyakitkan. Menyengsarakan. Menistakan. Aku divonis penjara!. Aku  dihina di mana-mana. Aku  sudah tak bermuka. Bahkan aku hendak menghilangkankan nyawaku sendiri karena malu tiada terkira.
Butuh waktu untuk berproses. Butuh waktu untuk hadirnya sebuah kesadaran bahwa sesungguhnya diriku terselamatkan dari ke-akuanku. Tuhan telah menyelamatkanku. Dengan cara-Nya. Dan tentunya ini juga  berkat doa Ibuku. Seorang ibu yang selalu mendoakan keselamatanku. Seorang ibu yang tulus ikhlas selalu mendampingiku. Baik dalam suka apalagi saat duka. Terima kasih Ibu ! 
“Ya Allah, ampunilah aku dan kedua orangtuaku serta kasihilah mereka seperti mereka mengasihiku waktu kecil”.
“ Ya Hayyu Ya Qayyum, dengan rahmat-Mu aku meminta pertolongan, baguskanlah semua urusanku, dan jangan Kau tinggalkan aku sendiri pada “nafs”ku walau sekejab mata”.

 


Tuban, 21 Desember 2015
by.atin5757 


Sabtu, 19 Desember 2015

Aku Titipkan Anakku Padamu, Ibu


Untuk Seseorang : semoga kau bahagia bersama-Nya.

Entah bagaimana ini harus diceritakan. Kisah hidup seringkali rumit. Bak labirin yang berkelok-kelok tak tampak akhirnya. Suka atau tidak suka, mau tidak mau harus  selesai. Dan pada akhirnya mungkin menjadi sebuah episode kehidupan yang meluluhlantakkan jiwa. Tapi tidak bagi pencari cahaya. 
Gerimis masih mengucuri tanah. Udara yang dingin membuatku menarik selimut. Badanku sedikit menggigil. Sementara suara  kaki di jalan depan rumah jelas terdengar. Sepertinya semua orang melangkah dengan terburu-buru. Meninggalkan  malam dengan rintik hujannya yang masih setia. Dan seolah memberikan aku kebebasan untuk menikmati kesendirian. Bersama sepi dan kelam. Padahal di sana tersembunyi  keindahan nan menawan. Lebih tepatnya di sepertiga malam.
 Brak. Suara pintu dibuka dengan kasar. Selimut yang kupakai sontak terlempar. Jantungku berdetak kencang. Untung kematian masih segan menemuiku. Entah sampai kapan. Karena kematian hanyalah masalah antrian.
 “Suriyah, dimana kamu?”
“Suriyah !”.
“Ya Mas, sebentar”.
 Mukena segera kulipat. Rambut dan baju ku rapikan dengan cepat. Dan aku bergegas keluar. Dengan sedikit sisa hawa dingin di badanku. Menuju sumber suara. Menyambut sang suami. Seperti biasa. Seperti pada malam-malam sebelumnya.
 Ku lihat suamiku berjalan sempoyongan. Dari jauh  sudah bisa tercium bau mulutnya. Aroma  minuman keras. Aku jengah. Perutku serasa mual. Hampir lelah  aku mengingatkannya agar tidak mabuk-mabukan dan berjudi. Mungkin sudah  lelah juga dia memakiku, memukuliku. Baru malam ini kami bersama dalam diam. Dan aku tetap mencintainya.
Nduk, kenapa kamu masih saja mempertahankan pernikahanmu dengan Sugawon?”. “ Dia sudah keterlaluan”, Ibu berkata kepadaku dengan nada tinggi. Pertanda beliau sedang dalam kondisi marah. “ Tadi dalam perjalanan, Ibu ketemu dengan Bu Karjo di warung, katanya kalian belum membayar sewa kontrakan rumah selama 5 bulan”. “ Kenapa kamu tidak bilang Ibu, Nduk?”. “ Rasa-rasanya Ibu semakin malu saja dengan kelakuan suamimu”.“ Sudah, begini saja, nanti siang setelah kamu menjemput Sugawe anakmu dari sekolah, kalian harus langsung ke rumah Ibu!”, Ibuku berbicara tanpa memberikan kesempatan bagiku untuk menjawabnya. Dengan wajah memerah beliau segera beranjak dari tempat duduknya. Pergi.
            Aku menangis tersedu-sedu. Lamunanku melayang. Melewati lorong waktu. Delapan tahun yang lalu. Aku memilih Mas Sugawon menjadi suamiku. Tentu saja Ibu melarangnya. Karena orang sekampungpun sudah tahu bagaimana tabiat lelaki yang dicintai anak perempuan satu-satunya. Sedangkan aku, tetap bersikeras ingin menikah dengannya. Sebab dia telah berjanji akan menjadi suami yang baik bagiku. Dan aku  sangat percaya itu. Walau sampai sekarang aku masih menunggu.  Sebuah penantian terhadap janji yang belum terlunaskan.
            Tiba-tiba kepalaku pening. Dadaku juga terasa sangat sesak. Aku segera mengambil obat di atas meja makan. Lalu meminumnya. Sambil menahan sakit aku berjalan ke kamar. ”Ibu, tolong kembali ke sini”, pintaku pada ibu lewat telepon genggam.
            “Sariyah, kuatkan dirimu Nduk, sebentar lagi kita sudah sampai di rumah sakit”, Ibu menggenggam tanganku. Erat. Sangat erat. Aku berkata lirih kepada beliau, “Maafkan anakmu ini, Ibu”. Dan mendadak terdengar suara tangis di sekelilingku. Aku tidak bisa bertanya kenapa. Aku telah diam. Diam selamanya. 

Tuban, 17 Desember 2015
By. Atin5757

Jumat, 18 Desember 2015

ORANG GILA

Setiap pagi dan sore, lima kali dalam satu minggu kita berjumpa di perempatan yang sama. Banyak yang mencibir, sebagian memaki-maki dan mengejek tapi sebagian besar lagi malah salut, bangga dan iri. Mereka bilang kamu adalah orang yang sukses, manusia merdeka, orang yang pernah berjumpa secara langsung dengan sesuatu yang banyak manusia sanjung puja: kebebasan!

Jam 7 tepat, setiap pagi, aku lewat. senin, selasa, rabu, kamis, jumat. Tapi bagimu yang menggenggam kebebasan, hari-harimu tak lagi dibatasi waktu. Belenggu jarum jam patah di tanganmu, angkuhnya waktu luluh kamu injak-injak. Bagimu setiap hari adalah senin pagi, dengan takzim kamu menghormat ke tiang lampu lalu lintas sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya. Kamu gila tapi nasionalis. Lampu lalu lintas menyala kuning aku terabas. Aku waras tapi suka melanggar aturan dan tidak tahu diri.

Kamu gila, aku waras. Hidupku teratur mengikuti alur, hidupmu acak-acakan. Kamu makan setiap kamu lapar, kamu tidur setiap merasa ngantuk, kamu bicara saat merasa butuh. Kamu memegang kebebasan, tanpa aturan. Setiap malam aku tidur bukan karena ngantuk tapi khawatir esok harinya aku lelah di tempat kerja, ak makan bukan karena lapar tapi waktu makanku memang sudah diatur sedemikian rupa, aku berbicara bukan karena merasa butuh, tapi karena aku dipaksa bicara.

Tunggu sebentar... jika sudah membandingkan seperti ini aku jadi berpikir, siapa yang benar-benar gila sekarang? Ordo Ab Chao, dalam kekacauan ada keteraturan. Itu kamu, orang yang aku anggap gila dan hidup sesukanya malah menemukan keteraturan dalam kekacauan. Sedangkan aku (kami) yang merasa waras mencoba menakar-nakar, menghitung, menimbang, membuat konsep keteraturan yang malah berbalik jadi kekacauan.

Ordo Ab Chao...

Ordo Ab Chao...

Biarlah manusia kembali jadi manusia dengan keteraturan yang dibuat oleh Pencipta Manusia. Keteraturan ajeg yang sering dianggap kekacauan.

Ordo Ab Chao...

Rabu, 16 Desember 2015

Yang sering ditemui dan harus diabaikan

Sahabat, mari kita renungkan lagi kisah yang mungkin telah sering kita baca atau dengarkan. Kisah tentang seorang ayah bersama anaknya yang melakukan perjalanan dengan keledai.

Beginilah penjabaran kondisinya.

Pertama, si anak naik keledai dan sang ayah berjalan saja. Orang-orang yang melihat mengatakan si Anak tidak sopan. Dia menaiki keledai sementara ayahnya hanya berjalan kaki.

Kedua, gantian si Ayah yang naik keledai dan Sang anak yang berjalan . Orang-orang yang melihat, mengatakan dan mengumpat Si lelaki yang membiarkan anaknya berjalan kaki sedangkan dia enak-enakan duduk di atas keledai.

Ketiga, karena dua komentar sebelumnya, si anak dan sang ayah sama-sama menaiki keledai. Orang diperjalanan  yang melihat menjadi mengumpat pula dan  mengatakan anak-bapak ini tidak punya rasa kasihan terhadap si Keledai.

Keempat, akhirnya mereka berdua memutuskan untuk tidak menaiki keledai. Dan ternyata ada lagi orang berkomentar. Si ayah dan si anak dikatakan bodoh karena ada keledai yang bisa dimanfaatkan, tapi tidak di gunakan.

Kelima, untuk menghindari berbagai macam komentar orang lain lagi, akhirnya si anak dan sang ayah malah menggotong keledai tersebut yang kebetulan daerah yang mereka tuju telah dekat. Tapi apa? Masih ada orang yang berkomentar. Si ayah dan anaknya dikatakan bodoh. Keledai kok malah digotong.



Dari kelima situasi di atas, apapun yang diperbuat si anak dan ayahnya, selalu mendapat kritikan dari orang lain. Beda kondisi, beda pula komentar yang didapat. Beda yang diperbuat, beda pula omongan orang lain yang didengar. Tapi intinya, ucapan semua orang kepadanya hanya menyalahkan. Mengatakan hal ini, menyatakan hal itu. Tanpa tahu kondisinya.

Coba kita berfikir seperti ini.

Untuk kondisi pertama, bisa saja si anak sedang sakit kakinya, maka ia yang naik keledai. Di kondisi kedua, bisa saja si ayah yang malah sakit kakinya. Kondisi ketiga, bisa jadi si ayah dan sang anak sama-sama sakit yang memaksanya untuk menaiki keledai berdua. Kondisi keempat, bisa saja kaki si keledai yang sakit, sahingga tak bisa dinaiki. Dan kondisi kelima tentang si keledai yang digotong, bisa saja keledainya sakit parah dan tidak bisa berjalan.

Tapi coba sahabat fikir, untuk kelima kondisi di atas, apakah semua orang yang melihat telah mengetahui alasan si ayah dan sang anak 'berlaku' untuk masing-masing keadaan? Dan sering, orang berkomentar tanpa sempatnya mendapat penjelasan yang membuat sebuah tindakan yang dilakukan.

Betul bukan?

Ya begitulah kawan,  dalam kehidupan sehari-hari pun sering kita temui. Komentar dan kritikan yang selalu menghujami. Mereka menghakimi tanpa mencoba mengerti. Menyalahkan orang lain tanpa mencoba memahami.

Ketahuilah sahabat, itu karena mereka tidak tahu apa yang kita tahu. Mereka tidak paham tentang apa yang kita paham. Karena itu sahabat, apapun yang kita lakukan sekarang, selama itu benar dan tidak melanggar syariat, jalankan saja. Apapun pendapat orang, tidak usah terlalu didengarkan.




Selasa, 15 Desember 2015

Karena AKU Mencintai yang Menghadirkan CINTA

Karena AKU Mencintai yang Menghadirkan CINTA
sumber: pixabay.com
Sempurna begitu ingin dihadirkan
dari kisah yang melibatkan hati
dalam pandangan insan terwujud menyatu.

Kerlingan bahagia menyapa penantian masa yang semu
dan itu cukup membuatku tersipu

Sembari merajut rangkain angan,
aku pun berkelana bersama nyata
Lalu aku mendapati bulir-bulir syahdu berserakan
pada celah angka yang ditunjuk jarum jam.
Kesadaran pasti yang melemparku ke tempat penyembahan

Penyebutan CINTA tidak bisa dihindari
Yah, mungkin saja aku memang sedang mencinta.
Mencintaimu.

Bila memiliki menjadi akhir yang dituju
Tentulah awal bukan perkara yang patut terabaikan
Dan cinta ini bermula dari Zat yang memiliki cinta
Maka sudah sepantasnya cinta ini kupersembahkan padaNya
Sebelum mengulurkannya padamu
Malang, 19-09-2015

Sabtu, 12 Desember 2015

Sajak Setia


sumber: pixabay.com
/1/
Kaki langit hendak menapaki jingga
Kala pertemuan meramu rupa
Menggauli lidah
Tersamar redup pandang

Lama menjadi singkat
Lupa menyapa bayang
Hanya padanya: seperti itu mengkristal dalam diri
Aku tak memahami

/2/
Kabut menggulung luka
Kasa melepaskan
Gerimis di pelupuk
mungkin sekejap
berteduh.

/3/
Pertemuan baru menyulam
Pesona langit yang temaram
Sekulum senyum mengecup kuncup
kerinduan
tersipu.

/4/
Mungkin belum sempurna
Masa menyeka lampau
sesekali bertandang
tapi kini menyambut hangat
karena sekeping kisah
tetaplah jejak yang menyebut dirinya “Kenangan”

/5/
Terlambat pengakuan bertutur
Titik dimana pilihan berdiri kaku
Kira yang terjadi tadi. Tidak larut
dalam hati yang menyirami tunas lain: Aku
begitu angin membisikkan.

/6/
Bila awal tak menghendaki mula
Semestinya tiada akhir persembahan pada selesai

Maka “Pergilah!”
Karena antara kau dan aku, setia menghalang.
Juli 2015

Jumat, 11 Desember 2015

KULIAH APA?


Sabtu pagi tanggal 6 november 2015, seperti biasa pagi itu saya sudah siap untuk ke kampus di hari weekend. Mengingat jadwal kuliah saya adalah sabtu dan minggu karena memang saya mengambil kelas khusus dimana rata-rata mahasiswa adalah yang sudah bekerja dan berniat melanjutkan pendidikan. Saat sudah siap, tinggal naik ke motor dan kemudian diantar oleh bapak karena sampai saat ini bapak masih selalu antar jemput untuk keperluan pekerjaan dan pendidikan sejak dari saya masih sekolah hingga sekarang, tiba-tiba berbunyilah bbm grup kampus yang mengabarkan bahwa pagi itu tak ada kuliah karena sang dosen berhalangan, rencana awal akan diganti beberapa jam kemudian sekitar jam 10an namun mengingat tak semua mahasiswa bisa hadir pada kuliah itu maka sang dosen pun membatalkannya karena beliau tak mau jika mahasiswa yang hadir hanya sedikit karena tak tersampaikan apa yang akan didiskusikan dalam kelas. Akhirnya perkuliahan pagi itu pun batal dan tak ada, hanya akan ada perkuliahan di siang hari sekitar jam 1an.

Ada hal yang lucu menurut saya, saat membaca chat di bbm grup dan kemudian saya bbm teman saya juga yang sedang menyaksikan percakapan di bbm tersebut.
teh udah baca bbm grup belum?”
udah, lucu yah ri hahaha”
iyah teh, ada yang keukeuh pengen masuk kuliah tapi siapa dosen yang mau masuk buat ngajar? Ada-ada ajah. Ada mahasiswa tapi gak ada dosen, gimana mau ada kegiatan belajar mengajar? Tapi kalau ada dosen dan mahasiswa cuma satu atau dua orang ajah, proses mengajar pun pasti terjadi, karena itu udah tugas dia kan teh?”
iyah ri, ada-ada ajah itu orang hahaha. Kita mah liatin ajah lah ri di grup bbm itu”
iyah teh hahaha”

Ya ada seorang teman saya yang ingin sekali pagi itu ada perkuliahan, kuliah apapun. Saya mengerti mengapa ia begitu? Karena memang bagi mahasiswa yang juga bekerja, waktu untuk ke kampus itu kadang suatu pengorbanan. Apalagi jika sudah sampai kampus kemudian tak ada perkuliahan dengan alasan dosen berhalangan karena sebab apapun dan itu pun dadakan. Pasti memang agak kesal dan sayang dengan waktu yang ada. Namun sayangnya pagi itu tak ada dosen lain yang dapat menggantikan. Lalu kalau sudah begitu mau memaksa masuk pun, kemudian akan kuliah apa? Siapa dosen yang akan mengajar? Jika ada dosen yang bisa menggantikan untuk mengajar itu mungkin masih lebih baik dari pada tak ada sama sekali. Tapi apa mau dikata, karena nyatanya tak seperti yang diharapkan.

Ya sudah ambil hikmahnya saja dari peristiwa yang ada. Sudah siap mau berangkat kuliah akhirnya tak jadi. Mengerjakan pekerjaan lain yang bermanfaat adalah salah satu pilihan. Akhirnya saya isi waktu itu dengan nyuci dan ngetik ajah deh. Sekian. Mohon maaf jika tak berkenan.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More