This is default featured post 1 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured post 2 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured post 3 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured post 4 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured post 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Rabu, 30 Desember 2015
Hal yang (Mungkin) Membuat Kita Semakin Tertinggal
Senin, 28 Desember 2015
Resensi Novel Ayat-Ayat Cinta 2
Minggu, 27 Desember 2015
Menjadi Tua Itu Pasti!
Menjadi Tua Itu Pasti, Bang Syaiha, http://himpunkata.blogspot.co.id/ |
Jumat, 25 Desember 2015
Rabu, 23 Desember 2015
KELUARGA
Selasa, 22 Desember 2015
PENGHUJUNG TAHUN
Senin, 21 Desember 2015
Catatan harian di penghujung tahun : Aku dan ke-akuanku ; Terima Kasih Ibu !
Sabtu, 19 Desember 2015
Aku Titipkan Anakku Padamu, Ibu
Jumat, 18 Desember 2015
ORANG GILA
Setiap pagi dan sore, lima kali dalam satu minggu kita berjumpa di perempatan yang sama. Banyak yang mencibir, sebagian memaki-maki dan mengejek tapi sebagian besar lagi malah salut, bangga dan iri. Mereka bilang kamu adalah orang yang sukses, manusia merdeka, orang yang pernah berjumpa secara langsung dengan sesuatu yang banyak manusia sanjung puja: kebebasan!
Jam 7 tepat, setiap pagi, aku lewat. senin, selasa, rabu, kamis, jumat. Tapi bagimu yang menggenggam kebebasan, hari-harimu tak lagi dibatasi waktu. Belenggu jarum jam patah di tanganmu, angkuhnya waktu luluh kamu injak-injak. Bagimu setiap hari adalah senin pagi, dengan takzim kamu menghormat ke tiang lampu lalu lintas sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya. Kamu gila tapi nasionalis. Lampu lalu lintas menyala kuning aku terabas. Aku waras tapi suka melanggar aturan dan tidak tahu diri.
Kamu gila, aku waras. Hidupku teratur mengikuti alur, hidupmu acak-acakan. Kamu makan setiap kamu lapar, kamu tidur setiap merasa ngantuk, kamu bicara saat merasa butuh. Kamu memegang kebebasan, tanpa aturan. Setiap malam aku tidur bukan karena ngantuk tapi khawatir esok harinya aku lelah di tempat kerja, ak makan bukan karena lapar tapi waktu makanku memang sudah diatur sedemikian rupa, aku berbicara bukan karena merasa butuh, tapi karena aku dipaksa bicara.
Tunggu sebentar... jika sudah membandingkan seperti ini aku jadi berpikir, siapa yang benar-benar gila sekarang? Ordo Ab Chao, dalam kekacauan ada keteraturan. Itu kamu, orang yang aku anggap gila dan hidup sesukanya malah menemukan keteraturan dalam kekacauan. Sedangkan aku (kami) yang merasa waras mencoba menakar-nakar, menghitung, menimbang, membuat konsep keteraturan yang malah berbalik jadi kekacauan.
Ordo Ab Chao...
Ordo Ab Chao...
Biarlah manusia kembali jadi manusia dengan keteraturan yang dibuat oleh Pencipta Manusia. Keteraturan ajeg yang sering dianggap kekacauan.
Ordo Ab Chao...
Rabu, 16 Desember 2015
Yang sering ditemui dan harus diabaikan
Beginilah penjabaran kondisinya.
Pertama, si anak naik keledai dan sang ayah berjalan saja. Orang-orang yang melihat mengatakan si Anak tidak sopan. Dia menaiki keledai sementara ayahnya hanya berjalan kaki.
Kedua, gantian si Ayah yang naik keledai dan Sang anak yang berjalan . Orang-orang yang melihat, mengatakan dan mengumpat Si lelaki yang membiarkan anaknya berjalan kaki sedangkan dia enak-enakan duduk di atas keledai.
Ketiga, karena dua komentar sebelumnya, si anak dan sang ayah sama-sama menaiki keledai. Orang diperjalanan yang melihat menjadi mengumpat pula dan mengatakan anak-bapak ini tidak punya rasa kasihan terhadap si Keledai.
Keempat, akhirnya mereka berdua memutuskan untuk tidak menaiki keledai. Dan ternyata ada lagi orang berkomentar. Si ayah dan si anak dikatakan bodoh karena ada keledai yang bisa dimanfaatkan, tapi tidak di gunakan.
Kelima, untuk menghindari berbagai macam komentar orang lain lagi, akhirnya si anak dan sang ayah malah menggotong keledai tersebut yang kebetulan daerah yang mereka tuju telah dekat. Tapi apa? Masih ada orang yang berkomentar. Si ayah dan anaknya dikatakan bodoh. Keledai kok malah digotong.
Dari kelima situasi di atas, apapun yang diperbuat si anak dan ayahnya, selalu mendapat kritikan dari orang lain. Beda kondisi, beda pula komentar yang didapat. Beda yang diperbuat, beda pula omongan orang lain yang didengar. Tapi intinya, ucapan semua orang kepadanya hanya menyalahkan. Mengatakan hal ini, menyatakan hal itu. Tanpa tahu kondisinya.
Coba kita berfikir seperti ini.
Untuk kondisi pertama, bisa saja si anak sedang sakit kakinya, maka ia yang naik keledai. Di kondisi kedua, bisa saja si ayah yang malah sakit kakinya. Kondisi ketiga, bisa jadi si ayah dan sang anak sama-sama sakit yang memaksanya untuk menaiki keledai berdua. Kondisi keempat, bisa saja kaki si keledai yang sakit, sahingga tak bisa dinaiki. Dan kondisi kelima tentang si keledai yang digotong, bisa saja keledainya sakit parah dan tidak bisa berjalan.
Tapi coba sahabat fikir, untuk kelima kondisi di atas, apakah semua orang yang melihat telah mengetahui alasan si ayah dan sang anak 'berlaku' untuk masing-masing keadaan? Dan sering, orang berkomentar tanpa sempatnya mendapat penjelasan yang membuat sebuah tindakan yang dilakukan.
Betul bukan?
Ya begitulah kawan, dalam kehidupan sehari-hari pun sering kita temui. Komentar dan kritikan yang selalu menghujami. Mereka menghakimi tanpa mencoba mengerti. Menyalahkan orang lain tanpa mencoba memahami.
Ketahuilah sahabat, itu karena mereka tidak tahu apa yang kita tahu. Mereka tidak paham tentang apa yang kita paham. Karena itu sahabat, apapun yang kita lakukan sekarang, selama itu benar dan tidak melanggar syariat, jalankan saja. Apapun pendapat orang, tidak usah terlalu didengarkan.
Selasa, 15 Desember 2015
Karena AKU Mencintai yang Menghadirkan CINTA
Sabtu, 12 Desember 2015
Sajak Setia
sumber: pixabay.com |
Jumat, 11 Desember 2015
KULIAH APA?